Indramayu, CENTANGSATU,- 9 April 2025 – Suasana berbeda terasa di Sam’s Studio, Bojongsari, Indramayu. Tak seperti biasanya, ratusan pasang mata tertuju ke layar lebar dengan antusiasme tinggi. Bukan karena film blockbuster ibu kota, melainkan sebuah karya horor produksi lokal bertajuk Dendam dalam Dosa. Gala Premiere film ini tak hanya menjadi hiburan semata, tapi juga penanda penting: bahwa produksi film daerah telah memasuki babak baru.
Disutradarai oleh Firman Nurjaya dan digarap oleh Motion Brother Studio, film ini menjadi simbol kebangkitan sinema dari daerah. Setelah tertunda akibat pandemi, proyek ini akhirnya rampung dengan penuh dedikasi. Proses syuting seluruhnya dilakukan di Kabupaten Majalengka, memanfaatkan kekayaan alam, budaya, dan cerita rakyat sebagai elemen utama.
“Ini bukan hanya tentang membuat film, tapi membangun ekosistem. Kita ingin tunjukkan bahwa daerah punya kapasitas produksi yang tak kalah dari pusat,” ujar Firman. Dengan semangat kolektif, kru dan pemain sebagian besar direkrut dari komunitas lokal, mulai dari aktor, teknisi, hingga penata artistik.
Dendam dalam Dosa bercerita tentang Sofie, perempuan Indo-Belanda yang harus menikah dengan Raden Sasmita, bangsawan Sunda. Kematian misteriusnya memicu hadirnya sosok gaib yang menuntut kebenaran. Lebih dari sekadar cerita seram, film ini menyingkap konflik batin, spiritualitas, dan kearifan lokal dalam bentuk sinematik.
Menurut Line Produser, Budi Sumarno, unsur spiritual dalam film ini—seperti hilangnya “Lionteen” (energi jiwa) dan kehadiran mantra kuno “Qul Hu Sung Sang”—menambah kedalaman cerita, dan mengangkat kembali nilai-nilai budaya yang mulai terlupakan.
Film ini juga menjadi ajang kolaborasi antara aktor nasional dan talenta lokal. Nama-nama seperti Defwita Zumara, Vicky Joe, dan Lela Angraini tampil bersama wajah-wajah baru dari komunitas film di Jawa Barat. Ditambah lagi dengan musik latar garapan almarhum Areng Widodo, yang memberi nuansa emosional dan mencekam.
Mulai 10 April, film ini tayang serentak di jaringan bioskop Sam’s Studio di wilayah Jawa Barat, Tengah, dan Timur. Ini merupakan langkah besar dalam distribusi film daerah, membuka jalan bagi karya-karya lokal lainnya untuk mendapat tempat di layar lebar.
Perayaan ini juga menjadi bagian dari Hari Film Nasional, yang kali ini digelar di Indramayu meski sempat mundur karena bertepatan dengan malam takbiran. Bagi para sineas lokal, momentum ini menjadi bahan bakar baru untuk terus berkarya.
“Produksi film daerah bukan mimpi lagi. Ini nyata, dan kami siap menjadikan Indramayu sebagai pusat produksi film lokal yang berdaya saing,” tegas panitia lokal.
Dengan lahirnya karya seperti Dendam dalam Dosa, film lokal tak lagi sekadar alternatif—ia adalah harapan baru bagi masa depan sinema Indonesia dari akar rumput.