Centangsatu, Jakarta — Di sebuah rumah bernuansa klasik di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat, milik tokoh perempuan nasional Dewi Motik, suasana hangat dan penuh semangat ilmu terasa kental dalam acara halal bihalal Majelis Alimat Indonesia (MAI). Kegiatan ini bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga momentum berkumpulnya para pemikir perempuan lintas bidang untuk menyatukan visi dalam membangun bangsa melalui ilmu dan aksi nyata.
Ketua Umum MAI, Prof. Dr. Sylviana Murni, hadir bersama Sekretaris Jenderal Dr. Astrid, didampingi sederet tokoh perempuan inspiratif lainnya. Di antara yang hadir tampak Prof. Nurhayati Ali Assegaf, Prof. Arini Hawari, dr. Marlina, Prof. Dr. Euis Amalia (guru besar UIN), serta Prof. Nihaya dan Prof. Yani.
Pertemuan ini membahas rencana besar: penerbitan buku kolektif yang mengangkat kisah dan pandangan para perempuan Indonesia dalam menjawab tantangan era global. Buku ini akan menjadi wadah bagi pemikiran-pemikiran strategis tentang perempuan, ketahanan nasional, energi, dan peradaban Islam.
“Perempuan yang berpikir bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk dunia,” ujar DR. Dr. Nuhrawati M.M menegaskan semangat yang menggelora dalam pertemuan tersebut.
Dewi Motik, dalam sambutannya, menegaskan pentingnya ilmu yang membumi.
“Profesor dan Doktor itu tidak cukup jika tidak hadir dan memberi manfaat kepada masyarakat. Gelar tinggi menjadi tidak sempurna bila tidak diimplementasikan untuk kepentingan umat,” tegasnya.
Selain menjadi ajang halal bihalal, kegiatan ini juga menetapkan pertemuan rutin MAI yang akan digelar setiap tiga bulan sekali. Tak hanya menjadi tempat diskusi keislaman, keperempuanan, dan kebangsaan, forum ini diharapkan menjadi ruang strategis melahirkan gagasan-gagasan transformasional dari para ilmuwan perempuan Indonesia.
