Centangsatu, Jakarta – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan apresiasi tinggi terhadap film “Nyanyi Sunyi Dalam Rantang”, karya terbaru yang digarap sutradara kawakan Garin Nugroho dan diproduksi oleh Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK).
Film ini dinilai bukan sekadar hiburan, tetapi juga menjadi cermin reflektif yang kuat bagi masyarakat untuk merenungi persoalan korupsi yang masih membelenggu negeri ini.
Ketua KPK, Setyo Budiyanto, yang hadir langsung dalam pemutaran perdana film di CGV Grand Indonesia, Jakarta, Jumat (9/5), menyebut film ini sebagai bentuk autokritik yang dibutuhkan publik saat ini.
“Film ini mengajak kita untuk bercermin, mengevaluasi tindakan kita selama ini, dan memikirkan langkah apa yang bisa diambil untuk masa depan yang lebih bersih,” ujar Setyo.
Setyo berharap “Nyanyi Sunyi Dalam Rantang” bisa menjadi pemicu gerakan kolektif melawan korupsi, terutama melalui pemutaran massal di berbagai instansi pemerintah, kementerian, lembaga, hingga BUMN.
Senada dengan itu, Pelaksana Tugas Deputi Pencegahan dan Monitoring KPK, Aminudin, menekankan bahwa pencegahan korupsi tak cukup hanya lewat regulasi. Diperlukan pendekatan yang menyentuh kesadaran publik.
“Pemberantasan korupsi adalah soal membangun narasi dan kesadaran kolektif. Film ini merupakan langkah nyata dari strategi komunikasi publik Stranas PK,” ujar Aminudin.
Film “Nyanyi Sunyi Dalam Rantang” mengangkat realitas sosial dan potret ketidakadilan yang kerap tersembunyi dalam sistem birokrasi. Dengan kisah-kisah yang menyentuh dan jujur, film ini diharapkan mampu menggugah partisipasi aktif masyarakat dalam mengawasi jalannya pemerintahan dan mendorong transparansi.
Sang sutradara, Garin Nugroho, berharap film ini bisa membuka jalan bagi sineas lain untuk mengangkat tema-tema hukum dan korupsi yang selama ini jarang digarap secara mendalam.
“Semoga film ini menjadi ruang perenungan, sekaligus inspirasi bagi para pembuat film lainnya untuk berani menyuarakan isu-isu krusial yang sering diabaikan,” kata Garin.