Centangsatu, Jakarta – Dalam rangka memperingati 27 tahun Reformasi 1998, sekelompok Aktivis 98 menggelar diskusi publik bertajuk “Refleksi 27 Tahun Reformasi: Pemerintahan yang Bebas dan Bersih KKN, Mimpi atau Kenyataan?”, Jumat (30/5) di Rumah Makan Handayani, Matraman, Jakarta Timur.
Acara ini menghadirkan Wakil Menteri Tenaga Kerja, Immanuel Ebenezer akrab disapa Noel, sebagai keynote speaker. Dalam pemaparannya, Noel menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan langkah nyata dalam pemberantasan korupsi.
“Banyak pihak yang selama ini tidak tersentuh hukum, kini mulai diproses. Ini adalah bukti bahwa pemerintahan Prabowo serius dalam perang terhadap korupsi,” ujar Noel.
Meski begitu, Noel mengakui bahwa tantangan besar masih menghadang, salah satunya adalah angka pengangguran yang masih tinggi.
“Ini angka yang harus menjadi perhatian serius. Pemerintah tidak boleh diam atau hanya sibuk dengan isu-isu yang tidak substansial merujuk pada data pengangguran yang mencapai 7,2 juta jiwa,” ujar Noel,
Diskusi juga menyoroti insiden job fair di Kota Bekasi yang sempat menjadi sorotan karena membludaknya peserta hingga melebihi kapasitas. Noel menyayangkan kurangnya persiapan penyelenggara dan meminta evaluasi menyeluruh.
“Kita tidak bisa saling menyalahkan, tapi ini menjadi koreksi penting bagi semua pihak, terutama pemerintah daerah dan perusahaan yang terlibat,” katanya.
Noel juga menanggapi isu diskriminasi dalam rekrutmen tenaga kerja, seperti batas usia, status pernikahan, dan syarat penampilan fisik. Ia menyebut praktik seperti itu tidak relevan dan berpotensi melanggar hak pekerja.
“Industri bukan tempat mendiskriminasi. Ini bukan industri pelacuran yang butuh ‘good looking’,” ucap Noel.
Diskusi yang dipandu oleh Bandot Malera (Aktivis 98 – Perbanas) ini juga menghadirkan pemantik diskusi Aznil Tan (Aktivis 98 – UMB) dan para narasumber dari berbagai institusi, antara lain Antonius Danar (Perbanas), M. Ridwan (UPN Veteran), Ahmad Nasir (Universitas Assafi’iyah), Joko Priyoski (UNAS), Ucok Sky Khadafi (UNIJA), dan Hasanuddin (Pijar Indonesia).
Para aktivis sepakat bahwa cita-cita Reformasi 1998 masih jauh dari selesai, namun mereka tetap menjaga semangat dan komitmen untuk terus mengawal demokrasi dan memperjuangkan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
“Perjalanan 27 tahun Reformasi belum selesai. Tapi komitmen kita untuk terus mengawal demokrasi tidak akan luntur,” tutup Bandot dalam diskusi tersebut.