Centangsatu.com – Pemerintah pusat mendorong sejumlah upaya guna menanggulangi bencana banjir yang melanda Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Opsi tersebut salah satunya adalah dengan merelokasi dan merehabilitasi rumah yang rusak berat dalam bentuk pembangunan rumah panggung.
Hal tersebut mengemuka pada Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Banjir di Kabupaten Minahasa, yang dipimpin langsung oleh Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M, pada Kamis (12/6) sore waktu setempat.
Kepala BNPB mengapresiasi inisiatif yang diambil oleh pemerintah daerah dalam fase tanggap darurat banjir atau jangka pendek ini, terutama upaya dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terdampak.
“Sejauh ini bagus TNI-Polri juga menggelar dapur umumnya jadi terlayani semua. Alhamdulillah walaupun hampir dua bulan banjir tapi tidak ada korban jiwa, kami ingin memastikan kebutuhan dasar masyarakat harus terpenuhi seperti makan, minum, air bersih, dan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), maka dari itu BNPB akan memberikan bantuan tambahan untuk masyarakat,” ujar Suharyanto.
Pada rapat yang digelar di Kantor Bupati Minahasa tersebut, Kepala BNPB membeberkan upaya apa saja yang dilakukan. Selain jangka pendek, dipaparkan pula upaya dalam jangka menengah jangka panjangnya.
Pada fase jangka menengah, Suharyanto mengatakan, pemerintah merekomendasikan tiga opsi bagi warga terdampak banjir tersebut yakni relokasi terpusat, relokasi mandiri, hingga renovasi rumah yang sebelumnya rumah tapak menjadi rumah panggung guna mengantisipasi banjir kembali terjadi.
Kendati demikian, pemerintah belum bisa memutuskan opsi mana yang akan dipilih. Sebab, hal tersebut bergantung pada keputusan masyarakat terdampak dalam memilih.
“Opsi ini yang kita berikan kepada masyarakat dan perlu didalami dulu oleh pemerintah daerah dengan berdialog bersama masyarakat maunya opsi yang mana sehingga seandainya kejadian ini berulang lagi di tahun 2026 masyarakat sudah dalam posisi aman misal karena rumah sudah ditinggikan, sama seperti di Kota Bekasi beberapa waktu lalu,” terangnya.
Sementara itu, untuk jangka panjangnya, Suharyanto menerangkan bahwa sudah ada rencana revitalisasi danau oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I dan PLN serta pengelolaan sampah oleh pemerintah kabupaten. “Sekarang dari jangka pendek, menengah, dan panjangnya bersatu padu dan terlaksana dengan baik insyaAllah banjir di Minahasa ini bisa segera diatasi,” harap Suharyanto.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BNPB juga secara simbolis menyerahkan bantuan logistik dan peralatan kepada BPBD Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Minahasa, yakni berupa perahu karet dan mesin sebanyak lima unit, selimut 200 lembar, matras 200 lembar, paket sembako 300 paket, susu bayi 100 paket, perahu katamaran dua unit, dan truk serbaguna satu unit.
Sebelumnya, BNPB juga telah memberikan bantuan awal berupa selimut 200 lembar, matras 200 lembar, paket sembako 200 paket, tenda keluarga 20 unit, tenda pengungsi dua unit, dan toilet portable dua unit.
“Untuk saat ini tanggap darurat, kita upayakan kebutuhan masyarakat terdampak harus terpenuhi, itu harus kemudian jangka menengahnya sudah jelas, rumahnya mau diapakan nih mau ditinggal atau mau dijadikan panggung silakan di data,” kata Suharyanto.
Rapat koordinasi tersebut turut dihadiri oleh Bupati Minahasa, Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, serta unsur forkompimda Kabupaten Minahasa.
Setelah memimpin rapat, Kepala BNPB kemudian meninjau rumah warga yang terdampak banjir di Kelurahan Ro’ong, Kecamatan Tondano Barat. Pada agenda tersebut Kepala BNPB juga berdialog bersama masyarakat terdampak guna menekankan bahwa pemerintah akan selalu hadir baik untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar hingga mencari solusi mengatasi banjir di Kabupaten Minahasa.
*Banjir Terparah Dalam Lima Tahun Terakhir*
Banjir di Kabupaten Minahasa ini terjadi akibat meluapnya air Danau Tondano yang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi, pada periode 21 April hingga 1 Mei 2025. Sedikitnya lima kecamatan terdampak, seperti Kakas, Tondano Barat, Tondano Timur, Eris, dan Remboken.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh BNPB, akibat bencana ini sebanyak 2.757 Kepala Keluarga (KK) atau sejumlah 7.330 jiwa terdampak, 1.313 jiwa di antaranya mengungsi baik di pengungsian terpusat maupun rumah sanak keluarga. Kendati telah berangsur surut, banjir yang sudah menggenangi wilayah permukiman warga hampir dua bulan lamanya ini telah menyebabkan 1.889 unit rumah terdampak, empat unit sekolah turut terdampak.
Banjir akibat luapan air dari Danau Tondano ini merupakan tergolong yang paling parah sejak lima tahun terakhir. Selain intensitas hujan, sejumlah faktor, menurut Suharyanto menjadi penyebabnya, seperti pendangkalan DAS, penumpukan sampah, dan kondisi pintu air.
Sementara itu, dalam lima tahun terakhir bencana hidrometeorologi basah menjadi bencana yang paling dominan terjadi di Sulawesi Utara. Jumlah bencana tersebut mencapai 149 kejadian dengan rincian banjir 94, cuaca ekstrem 27, tanah longsor 15, dan gelombang pasang/abrasi 13 kejadian.
Danau Tondano sendiri adalah danau terluas di Sulawesi Utara yang luasnya mencapai kurang lebih 4.000 hektare. Danau yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Kota Manado ini diapit oleh tiga gunung dan satu bukit, yakni Gunung Lembean, Gunung Kaweng, Gunung Masarang, dan Bukit Tampusu.