Centangsatu.com – Di usia yang baru menginjak 28 tahun, Shafa Amelia yang kini lebih dikenal dengan nama Angel telah menapaki jalan hidup yang tak biasa bagi wanita muda pada umumnya: menjadi seorang perias jenazah. Perjalanan Angel sebagai makeup artist jenazah bukanlah sesuatu yang direncanakan sejak lama, melainkan lahir dari sebuah proses spiritual dan keyakinan diri.
“Aku sih bilangnya ini panggilan alam, ya,” kata Angel membuka percakapan dengan kami. “Ada empat kali aku dapat petunjuk dari Allah lewat istikharah. Aku minta tanda, dan tanda-tanda itu datang kayak lampu lalu lintas. Merah, kuning, hijau. Nah, ketika semuanya mengarah ke hijau, di situ aku yakin. Ini jalanku.”
Angel memulai karier sebagai perias jenazah dua tahun lalu secara freelance, dan sejak tiga bulan terakhir ia menjadi karyawan tetap di rumah duka di wilayah Pluit, Jakarta. Meski berasal dari Surabaya dan tinggal di Bekasi, Angel rela menempuh perjalanan jauh demi pekerjaan yang menurutnya sangat bermakna.
“Sebenarnya basic aku desain produk, tapi suka banget makeup. Dulu sempat juga jadi konten kreator makeup. Tapi lama-lama sadar, aku pengen sesuatu yang lebih berarti, bukan cuma soal penampilan, tapi menyentuh kehidupan dan kematian,” jelas Angel.
Pekerjaan ini memang tak lepas dari tantangan mental maupun fisik. Angel harus berhadapan dengan jenazah dalam berbagai kondisi dari yang meninggal karena usia lanjut, kecelakaan, hingga penyakit kronis seperti diabetes yang menyebabkan bagian tubuh membusuk.
“Ada satu jenazah, kakinya udah kayak tengkorak karena diabetes parah. Warnanya hitam dan kering banget. Terus yang sering banget itu yang lansia yang tiduran terus, bagian punggungnya bisa bolong. Kita harus nutup luka-lukanya pakai teknik khusus, ada yang pakai silikon, lilin kosmetik, sampai kapas dan cairan antiseptik,” tutur Angel dengan penuh kesungguhan.
Namun bagi Angel, semua itu bukan hal yang membuatnya takut. Bahkan, rasa jijik dan bau jenazah pun seolah tidak pernah ia rasakan.
“Temen-temenku pada bilang ruangan jenazah itu baunya kayak tahu busuk, atau kayak popok bayi. Tapi anehnya aku nggak pernah cium bau apa pun. Mungkin karena memang aku udah dipanggil, jadi Allah kasih aku keistimewaan itu. Bahkan ketika aku sempat ditugaskan jadi marketing dan enggak di kamar jenazah, baunya langsung kecium,” katanya sambil tertawa kecil.
Angel juga sempat mengalami diskriminasi karena identitas agamanya. Sebagai Muslimah yang merias jenazah non-Muslim, ia pernah ditolak oleh keluarga jenazah. Karena itulah, ia mulai menggunakan nama “Angel” untuk menghindari prasangka.
“Nama asli aku kan Shafa Amelia, tapi sejak kejadian itu aku ganti pakai Angel. Lebih netral. Pernah tuh, waktu aku pakai nama asli, langsung di-cancel setelah tahu aku Muslim. Tapi sejak pakai nama Angel, nggak pernah lagi ditolak,” jelasnya.
Di balik pekerjaan yang terlihat ‘gelap’ bagi sebagian orang, Angel justru menemukan cahaya. Ia merasa pekerjaannya lebih dari sekadar profesi ini adalah bentuk ibadah.
“Aku kerja bukan cuma mikirin duniawi, tapi akhirat juga. Orang banyak yang mikir kerjaan harus keren, kantor, seragam. Tapi nggak mikirin ujungnya semua akan ke kematian. Nah, aku justru mulai dari akhirnya,” ujarnya.
Saat ditanya soal dukungan keluarga, Angel menjelaskan bahwa orang tuanya tak pernah mempermasalahkan pekerjaannya, bahkan sangat mendukung.
“Orang tua sih santai aja, malah sering bantuin mandiin jenazah tetangga juga. Yang penting kerja halal dan nggak nganggur,” ucapnya.
Selain merias jenazah, Angel juga belajar pengobatan alternatif dan spiritual. Ia membantu mendeteksi gangguan-gangguan seperti sihir dan memberikan terapi non-medis kepada keluarga yang membutuhkan.
“Ada yang datang ke aku buat konsultasi soal gangguan spiritual. Aku bantu sebisaku, dengan niat nolong. Ini bukan dukun-dukunan, tapi lebih ke deteksi dan doain aja,” katanya.
Kepada generasi muda, Angel memberikan pesan yang mendalam:
“Jangan takut jadi perias jenazah. Ini bukan pekerjaan menakutkan, tapi panggilan untuk jadi manusia yang bermanfaat. Hidup ini bukan soal kerja pulang tidur. Tapi soal gimana kita bisa jadi ‘penolong’ buat orang lain, bahkan di akhir hayat mereka. Kalau niatmu untuk kebaikan, Allah pasti bukakan jalan.”