Centangsatu.com – Jakarta | Di tengah padatnya dinamika kota metropolitan, Jakarta Selatan menyaksikan sebuah momentum yang menghangatkan hati pada Sabtu, 26 Juli 2025. Bertempat di Balai Warga Ciganjur, Jagakarsa, Prakarsa Warga bersama Gabungan Pengusaha Optik Indonesia (GAPOPIN) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sukses menggelar Festival Toleransi dan Lebaran Anak Yatim. Kegiatan ini tak hanya menjadi perayaan, melainkan juga pernyataan komitmen bersama untuk memperkuat harmoni sosial di tengah keberagaman Ibu Kota.
Festival ini dirancang menyatu dalam tiga pilar utama: Rembug Warga sebagai ruang dialog keumatan, Festival Budaya yang menampilkan warna-warni kearifan lokal, serta aksi sosial berupa santunan anak yatim dan pemberian kacamata gratis kepada masyarakat.
Dalam sesi dialog Rembug Warga, masyarakat dari berbagai latar belakang duduk setara dan saling bertukar pandangan mengenai tantangan hidup bersama di kota yang majemuk ini.
Soelianto Rusli, Presidium Prakarsa Warga, memberikan refleksi mendalam tentang pentingnya merawat kepercayaan sosial.
“Kami percaya bahwa toleransi bukan sekadar wacana, tapi proses yang harus terus dipupuk dari bawah. Dialog itu penting, tapi tak cukup. Ia harus disertai aksi nyata. Memberi kacamata kepada yang tidak mampu, menyantuni anak-anak yatim, merayakan seni dan budaya bersama semua itu adalah bentuk konkret dari cinta sosial. Ini bukan hanya festival, ini adalah pengingat bahwa Jakarta adalah milik kita bersama, bukan hanya milik satu golongan,” ungkapnya dengan semangat.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Kepala Badan Kesbangpol, Muhammad Matsani, memberikan dukungan penuh terhadap acara tersebut.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini karena tidak hanya mengangkat isu toleransi, tapi juga menghadirkannya dalam tindakan nyata. Pemerintah bisa membuat kebijakan, tapi implementasi sosial hanya mungkin jika warga turut aktif. Sinergi antara komunitas seperti Prakarsa Warga, pelaku usaha seperti GAPOPIN, dan institusi pemerintah seperti kami, adalah wujud nyata dari kolaborasi demokratis. Harapan kami, ini bukan yang terakhir,” ujarnya di sela acara.
Dari sisi kepemimpinan provinsi, pesan penuh makna disampaikan oleh Staf Khusus Gubernur Bidang Keumatan, Nog Darol, yang hadir menyampaikan amanat Gubernur.
“Pak Gubernur selalu menekankan bahwa keberagaman adalah aset utama Jakarta. Tapi aset ini harus dijaga, dirawat, dan itu bukan tugas pemerintah semata. Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat kita tidak pasif, mereka berdaya, mereka peduli. Dan bagi anak-anak yatim yang hari ini tersenyum, itu bukan hanya karena santunan, tapi karena mereka merasa dihargai, diingat, dan dicintai.”
Senada, Lukman Hakim, Tenaga Ahli Staf Khusus Gubernur, memuji keberanian warga menginisiasi kegiatan lintas spektrum.
“Kita bicara tentang Jakarta sebagai kota global yang tahan uji. Maka resiliensi sosial adalah kuncinya. Yang kita lihat hari ini adalah formula yang tepat: dialog, budaya, dan bakti sosial. Semua menyatu dalam satu ruang publik yang inklusif. Semoga ini bisa direplikasi di wilayah lain.”
Sementara itu, Santoso, Camat Jagakarsa, mengaku bangga wilayahnya menjadi tuan rumah perhelatan yang menggugah kesadaran bersama.
“Saya melihat langsung bagaimana warga dari beragam latar belakang bisa duduk bersama tanpa sekat. Anak-anak bermain, orang tua berdiskusi, tokoh agama menyapa. Inilah esensi Jakarta yang kita idam-idamkan. Tidak gaduh karena perbedaan, tapi bersatu karena kepedulian.”
Dialog dalam Rembug Warga membahas isu-isu aktual seperti tantangan perizinan rumah ibadah, penguatan peran Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), serta upaya memperluas jejaring kolaborasi lintas sektor demi memperkuat solidaritas sosial.
Festival ini bukan sekadar selebrasi, tetapi refleksi kolektif yang mengukuhkan kembali makna hidup berdampingan secara damai di tengah keberagaman. Harapan besar mengiringi acara ini agar menjadi role model bagi upaya pembangunan sosial berbasis warga di seluruh penjuru Jakarta.