CentangSatu.com – Jakarta.Kabar duka menyelimuti dunia perfilman Indonesia. Aktor sekaligus sutradara senior, Firmansyah Nurjaya Bin R.M. Kosim Miharja, meninggal dunia pada Minggu dini hari, 3 Agustus 2025, pukul 02.35 WIB di kediamannya di Mampang, Depok, Jawa Barat. Kepergian almarhum di usia 63 tahun meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar, rekan seprofesi, serta insan seni tanah air.
Almarhum dikenal luas sebagai sosok pekerja keras yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia seni peran dan perfilman Indonesia. Tak hanya aktif di depan layar sebagai aktor, Firmansyah juga banyak terlibat sebagai sutradara dan dikenal dengan kepeduliannya terhadap kesejahteraan pelaku seni. Semasa hidupnya, ia menjabat sebagai Ketua III Koperasi Bintang Indonesia (KOBINDO) PARFI, organisasi yang mewadahi para seniman film nasional.
Jenazah almarhum dimakamkan pada Minggu siang (3/8), pukul 11.30 WIB, setelah salat Dzuhur, di pemakaman keluarga yang terletak di wilayah Bogor. Rumah duka yang beralamat di Jl. Damai I RT.01/06 No.15, Mampang Pancoran Mas, Depok, telah dipenuhi pelayat sejak pagi.
Rekan dekat sekaligus sahabat semasa muda, aktor senior Eddy Riwanto, tak kuasa menahan tangis saat mengenang sosok almarhum.
“Bang Firman itu bukan hanya aktor, dia adalah penggerak. Ia selalu menjadi orang pertama yang menawarkan bantuan jika ada teman seprofesi sedang kesulitan. Di balik sosoknya yang tenang dan bijak, dia itu pejuang. Banyak yang mungkin tidak tahu, tapi lewat KOBINDO, dia berjuang untuk membuat para aktor senior bisa hidup lebih layak. Kami kehilangan bukan hanya sahabat, tapi panutan,” ujar Eddy dengan suara bergetar.
Sementara itu, sutradara sekaligus mantan Ketua Umum PARFI, Syamsul Hadi, menilai kepergian Firmansyah sebagai kehilangan besar bagi komunitas perfilman Indonesia.
“Beliau adalah seniman yang utuh. Bekerja dengan cinta, tidak setengah-setengah. Dalam setiap film, baik sebagai aktor maupun sutradara, Bang Firman selalu memberi makna. Ia bukan tipe yang mengejar ketenaran, tapi ia percaya bahwa film bisa menjadi medium perubahan sosial. Kami, para penggerak film angkatan 80-an hingga 90-an, sangat merasakan dampak dari dedikasinya. Dunia film tanah air kehilangan salah satu fondasi moralnya,” kenang Syamsul panjang lebar.
Di tengah suasana duka, keluarga besar almarhum mengucapkan terima kasih atas simpati dan doa yang terus mengalir dari berbagai pihak. Putra sulung almarhum, Rama Nurjaya, mengatakan bahwa sang ayah telah lama berpesan agar kelak dirinya tetap melanjutkan perjuangan di dunia film, meski sang tokoh telah tiada.
“Ayah selalu bilang, film bukan sekadar pekerjaan, tapi jalan hidup. Ia percaya, lewat film kita bisa mendidik, menyadarkan, bahkan menyembuhkan. Kini kami kehilangan tiang rumah kami, tapi kami berjanji akan meneruskan semangatnya,” ujar Rama di depan rumah duka.
Firmansyah Nurjaya memulai kariernya di dunia film sejak awal 1980-an. Ia dikenal lewat sejumlah peran ikonik dalam film-film drama sosial dan budaya, serta pernah menyutradarai beberapa film pendek bertema lokalitas dan kemanusiaan yang mendapat apresiasi di berbagai festival. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi seni dan sosial, khususnya dalam memperjuangkan hak-hak pekerja film senior.
Kepergiannya menjadi pengingat bahwa di balik kemegahan layar perak, ada sosok-sosok yang bekerja dalam diam, menjaga nyala api seni tetap hidup.
Selamat jalan, Bang Firmansyah. Karya dan dedikasi akan selalu hidup dalam sejarah perfilman Indonesia.