Jakarta,CentangSatu.com – Angin perubahan bertiup kencang dari Senayan. Dalam sepekan terakhir, publik menyaksikan pemandangan langka: parlemen dan partai politik akhirnya tunduk pada suara rakyat. Bukan sekadar jargon, melainkan fakta nyata yang kini tercatat dalam sejarah politik Indonesia.
“Ini bukan lagi slogan. Kedaulatan benar-benar mulai kembali ke tangan rakyat,” ujar Influencer sekaligus pengamat politik Salsa Erwina dalam forum daring bersama PPHI dan YPJI (Yayasan Peduli Jurnalis Indonesia), Jumat (5/9).
Tumbangnya Arogansi Parlemen
Salah satu tonggak perubahan terlihat dari pemecatan lima anggota parlemen yang kedapatan menghina masyarakat. Biasanya, pergantian antar waktu (PAW) lebih sering terjadi karena kasus korupsi. Namun kali ini, desakan publik begitu kuat hingga sanksi terberat dijatuhkan.
“Untuk pertama kalinya, publik membuktikan bahwa kursi parlemen hanyalah titipan. Jika berkhianat, mandat itu bisa dicabut kapan saja,” tegas Salsa.
Gelombang tekanan masyarakat juga sukses menggagalkan rencana tambahan tunjangan DPR. Usulan tunjangan rumah dan perjalanan dinas luar negeri yang biasanya sulit dibendung, runtuh di hadapan kekompakan rakyat. Bahkan Partai Demokrat secara terbuka menolak fasilitas baru tersebut—sikap yang jarang muncul tanpa adanya tekanan besar publik.
Suasana Reformasi 1998 Kembali Terasa
Momen lain yang menggetarkan adalah kembalinya mahasiswa ke ruang sidang parlemen. Tidak hanya diizinkan hadir, prosesnya pun disiarkan secara langsung. Transparansi yang sebelumnya hanya jadi jargon, kini mulai menemukan wujudnya.
Namun gerakan rakyat kali ini bukan sekadar penolakan. Salsa menegaskan, publik siap mendukung setiap kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat. Tetapi jika elit politik kembali mengedepankan kepentingan pribadi, rakyat siap mengubah mereka menjadi lawan.
“Lima anggota parlemen yang dipecat adalah simbol. Mereka mengingatkan semua pihak bahwa rakyat adalah bos, dan wakil rakyat hanyalah karyawan,” ujarnya lantang.
Awal Sejarah Baru
Momentum ini menandai babak baru demokrasi Indonesia. Bagi sebagian orang, ini hanyalah langkah kecil. Namun bagi banyak lainnya, inilah awal sejarah yang menunjukkan bahwa keserakahan elit tidak lagi bisa berjalan tanpa perlawanan.
“Gerakan rakyat kali ini baru awal. Tapi jelas, publik sudah membuktikan bahwa ketika bersatu, suara mereka bisa mengalahkan siapa pun,” pungkas Salsa Erwina.