Scroll untuk baca artikel
HiburanMusik

Main-Main di Cipete Vol. 26: Ruang Alternatif Musik Lokal yang Kian Mengakar

2
×

Main-Main di Cipete Vol. 26: Ruang Alternatif Musik Lokal yang Kian Mengakar

Sebarkan artikel ini

Jakarta,CentangSatu.com — Gelaran musik mingguan Main-Main di Cipete kembali hadir di Casatopia Cafe, Senin malam (15/9), dengan menampilkan lima musisi lintas genre. Memasuki edisi ke-26, acara ini konsisten menghadirkan kejutan musikal, dari pop alternatif hingga eksperimen dark pop.

Seperti biasa, acara dibuka pukul 19.00 WIB dengan Eno Suratno Wongsodimedjo dan Qenny Alyanno sebagai host tetap. Tanpa tiket masuk, Main-Main tetap setia menjadi ruang ekspresi bagi musisi independen sekaligus titik temu komunitas musik Jakarta.

Penampilan perdana datang dari Reza Miranda, musisi asal Pontianak, yang membawakan lagu-lagu personal dari EP terbarunya 1994, termasuk “HTS” dan “Wajar.” Ia membuka panggung dengan nuansa intim dan reflektif.

Malam berlanjut dengan Sabarian, solois yang tengah naik daun lewat lagu “Detik Menit.” Karya reflektifnya tentang waktu dan kebersamaan berhasil membuat penonton larut dan ikut bernyanyi.

Nuansa nostalgia hadir lewat Sujar Band asal Ciledug. Membawakan lagu populer awal 2000-an seperti “Ku Akui” dan “Malaikat Tak Bersayap,” serta karya orisinal “Memilih Dimiliki,” mereka mengundang tepuk tangan meriah dari penonton yang ikut bernyanyi bersama.

Sorotan lain datang dari Tirta Adilla, mantan vokalis Drive, yang kini kembali dalam format solo. Dengan lagu “Reinkarnasi,” Tirta menyuguhkan lirik penuh kerinduan dan harapan, sekaligus menandai arah musikalnya yang lebih personal.

Sebagai penutup, Mia Ismi tampil dengan warna berbeda lewat “Main Cantik (Dangerous Game).” Lagu bilingual dengan aransemen dark pop dan sentuhan biola bambu ini menegaskan identitasnya sebagai musisi eksperimental yang berani.

Dengan atmosfer intim khas Casatopia Cafe dan dukungan komunitas yang hangat, Main-Main di Cipete Vol. 26 kembali membuktikan dirinya sebagai ruang penting bagi pertumbuhan musik alternatif di Jakarta.|Foto : I Wayan Bagiartana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *