Jakarta,CentangSatu.com -| DRAYANG, singkatan dari Drama Wayang, adalah bentuk teater musikal berbahasa Indonesia yang mengangkat kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata dalam kemasan baru.
Karya ini menghadirkan perpaduan harmonis antara seni tradisi dan kekuatan teater modern — menjadikannya “musikalnya wayang” yang menggugah, memikat, dan relevan bagi penonton masa kini.
Sejak dirintis pada tahun 1997 oleh Yayasan Swargaloka, DRAYANG terus berkembang sebagai medium pelestarian nilai-nilai budaya melalui bahasa seni pertunjukan yang segar dan inovatif.
Dengan paduan musik, tari, dan drama, DRAYANG bukan hanya pertunjukan, melainkan perayaan atas kekayaan estetika Indonesia yang diolah secara kreatif untuk menjangkau generasi baru.
Dari Tradisi ke Inovasi
Populer sejak 2006, DRAYANG menandai kebangkitan teater tradisi di tengah derasnya arus modernisasi.
Tahun 2017, pendiri Yayasan Swargaloka meraih Rekor MURI sebagai Pemrakarsa Drama Wayang di Indonesia, penghargaan yang menegaskan kiprah Swargaloka dalam melahirkan karya orisinal berbasis budaya bangsa.
Kini, lebih dari 90% kreator dan pemain DRAYANG berasal dari generasi muda, menghadirkan energi baru yang segar di setiap pementasannya.
Kehadiran mereka menjadikan DRAYANG bukan sekadar bentuk pertunjukan, tetapi juga ruang pembelajaran dan regenerasi seniman.
Karya Terbaru: “Kijang Kencana”
Pertunjukan DRAYANG Kijang Kencana menjadi tonggak baru transformasi artistik Swargaloka.
Dengan pembaruan pada cerita, koreografi, musik, kostum, dan tata artistik, karya ini menegaskan komitmen Swargaloka untuk terus memperbarui bentuk ekspresi seni tanpa kehilangan ruh tradisinya.
Sejak tahun 2008 hingga 2025, DRAYANG telah mementaskan lebih dari 100 pertunjukan di berbagai kota di Indonesia — dari Yogyakarta, Solo, Jakarta, Bandung, Surabaya, hingga Kalimantan Selatan.
Cita-cita besarnya: menjadikan DRAYANG sebagai Opera Terbaik Dunia yang mampu mengharumkan nama Indonesia di panggung internasional.
Yayasan Swargaloka — Rumah Kreativitas dan Kebudayaan
Berawal dari komunitas Swargaloka Art Department yang didirikan oleh pasangan seniman Suryandoro dan Dewi Sulastri di Yogyakarta pada 17 Juni 1993, Swargaloka berkembang menjadi lembaga yang konsisten menumbuhkan kreativitas lintas generasi.
Sejak tahun 2002 berstatus sebagai Yayasan Swargaloka, lembaga ini juga menaungi PKBM Swargaloka dan PT Gita Swarga Loka — dua wadah yang memperkuat kiprah Swargaloka di dunia pendidikan seni dan industri kreatif.
Tahun 2013, Swargaloka menempati ruang baru bernuansa alami di kawasan Jakarta Timur: Taman Seni Swargaloka (TSS), yang diresmikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dari ruang inilah lahir berbagai karya unggulan seperti Drama Wayang Swargaloka (75 judul), Jejak Asa Sang Dewi, Opera DUH, Gama Gandrung, hingga Sang Penjaga Hati.
Lintas Generasi, Satu Semangat
Dalam setiap karyanya, Swargaloka meneguhkan kolaborasi lintas generasi.
Melalui figur Suryandoro sebagai pendiri, Irwan Riyadi sebagai sutradara generasi penerus, dan Bathara Saverigadi Dewandoro sebagai sutradara muda masa kini, DRAYANG terus bertransformasi menghadapi dinamika industri musikal modern.
Kolaborasi ini bukan sekadar estafet karya, melainkan kesinambungan nilai — menjaga warisan budaya agar tetap hidup, relevan, dan menginspirasi.
Ruang Ekspresi dan Edukasi Budaya
DRAYANG hadir bukan hanya sebagai pertunjukan, tetapi juga sebagai gerakan budaya.
Ia menjadi wadah edukasi, ruang ekspresi, dan pertemuan antara tradisi dan modernitas — tempat di mana generasi muda belajar mencintai akar budayanya melalui seni yang indah dan menghibur.
Melalui semangat #MusikalnyaWayang, Swargaloka menyalakan kembali api pewayangan dalam bentuk yang baru: teater musikal Indonesia yang hidup, berkarakter, dan siap menembus batas dunia.◾️Foto : EddyKarsito