Scroll untuk baca artikel
Nasional

Kampung Siaga Bencana, Gotong Royong Membangun Ketangguhan Warga Sukoharjo

12
×

Kampung Siaga Bencana, Gotong Royong Membangun Ketangguhan Warga Sukoharjo

Sebarkan artikel ini

Centang satu/Sukoharjo – Di Desa Mangunharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, puluhan warga tampak antusias mengikuti simulasi evakuasi bencana. Mereka bukan sekadar peserta pelatihan, melainkan bagian dari Kampung Siaga Bencana (KSB) Kendali Wijaya, sebuah inisiatif yang digagas Kementerian Sosial untuk membangun kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana.

Program KSB lahir dari semangat gotong royong. Melalui program ini, warga desa dilatih agar mampu menolong diri sendiri dan sesama ketika bencana datang. Mereka diajarkan cara melakukan evakuasi, mengelola logistik darurat, hingga mengoperasikan lumbung sosial — tempat penyimpanan bantuan yang siap digunakan kapan pun dibutuhkan.

Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, yang hadir dalam acara pengukuhan KSB Kendali Wijaya, menyampaikan rasa bangganya. “Dengan adanya Kampung Siaga Bencana ini, kami tidak khawatir lagi menghadapi cuaca ekstrem. KSB membantu masyarakat kami yang membutuhkan bantuan. Manfaatnya luar biasa,” ujarnya.

Etik menuturkan, Kabupaten Sukoharjo merupakan wilayah dengan risiko bencana yang cukup tinggi. Setiap musim hujan, potensi banjir dan angin puting beliung mengintai sejumlah kecamatan. “Kalau sore sudah hujan dan angin kencang, bahkan beberapa daerah banyak pohon tumbang. Karena itu, kesiapsiagaan masyarakat menjadi penting,” katanya.

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo pun memberikan perhatian serius terhadap penguatan kapasitas masyarakat. Bantuan senilai Rp204 juta dari Kementerian Sosial dijadikan lumbung sosial untuk mendukung kegiatan KSB. “Kami berterima kasih kepada Kementerian Sosial yang sudah memberikan atensi kepada Kabupaten Sukoharjo, khususnya Kecamatan Grogol. Mudah-mudahan daerah selatan dan timur segera menyusul,” tambah Etik.

Sementara, Direktorat BPSKBA, Kementerian Sosial yang diwakili oleh Heri Sutriana, menegaskan bahwa KSB adalah bukti nyata upaya membangun ketangguhan daerah. “Sukoharjo memiliki tantangan geografis yang unik, mulai dari banjir hingga kebakaran di musim kemarau. Kita harus bergeser dari paradigma tanggap darurat ke paradigma kesiapsiagaan dan pencegahan,” ujarnya.

Heri menekankan bahwa KSB bukan hanya program, melainkan gerakan sosial. “KSB adalah unit pertama yang bertindak cepat saat bencana terjadi. Mereka adalah masyarakat itu sendiri. Di sini, gotong royong menjadi kekuatan utama. Lumbung sosial adalah simbol kemandirian logistik masyarakat,” katanya.

Ia berpesan agar para anggota KSB terus melatih kemampuan mereka. “Kesiapsiagaan itu seperti otot, harus dilatih agar tetap kuat. Jangan bekerja sendiri, bangun sinergi dengan TNI, Polri, dan pemerintah desa,” imbuhnya.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sukoharjo, Suparmin, menambahkan bahwa keberadaan KSB menjadi sarana untuk memperkuat koordinasi dan respon cepat dalam menghadapi berbagai bencana. “Melalui kegiatan ini, kita bisa memperkuat sinergi antar unsur masyarakat dan pemerintah, sehingga penanganan bencana dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efektif,” ujarnya.

Kepala Desa Mangunharjo, Sunarwan, turut memberikan apresiasi kepada para relawan dan dinas terkait. “Kami melibatkan semua unsur relawan dalam simulasi ini. Ada 70 peserta pelatihan, 60 dari anggota KSB dan 10 tokoh masyarakat, serta 275 warga yang ikut dalam pengukuhan,” jelasnya. Ia berharap masyarakat selalu waspada, tetapi tidak hidup dalam ketakutan. “Dengan adanya KSB, kami yakin wilayah ini bisa lebih aman dan kondusif.”

Kampung Siaga Bencana di Desa Mangunharjo bukan sekadar program kebencanaan. Ia menjadi simbol kebangkitan gotong royong dan solidaritas sosial di tengah masyarakat. Di saat ancaman bencana bisa datang kapan saja, semangat saling membantu dan kesiapsiagaan menjadi benteng utama bagi warga Sukoharjo untuk tetap tangguh, aman, dan sejahtera.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *