JAKARTA,CentangSatu.com — Istora Senayan berubah menjadi dunia penuh warna, emosi, dan imajinasi saat Konser Suarasmara digelar untuk merayakan 25 tahun perjalanan Andien di industri musik Indonesia. Pertunjukan ini dipersembahkan oleh RedLine dan Kala Svara Metamorfosa, serta didukung oleh Bank Mandiri dan Telkomsel.
Sejak lampu pertama menyala, penonton diajak memasuki universe Andien—dunia yang hangat, dinamis, dan terus berevolusi. Inilah representasi dari sosok Andien yang selama dua dekade lebih dikenal sebagai musisi yang tak henti bereksperimen, baik dalam musikalitas maupun gaya berbusana.
Konser megah ini ditata oleh Shadtoto Prasetio sebagai creative director, yang membagi pertunjukan ke dalam empat babak, masing-masing dengan konsep artistik, visual, dan warna emosi yang berbeda.
Town of Suarasmara: Awal yang Cerah dan Teatral
Babak pertama membuka malam dengan nuansa ala Broadway—cerah, playful, dan penuh energi. Di bawah arahan Tohpati sebagai music director, aransemen jazz orchestra yang grande namun tetap renyah dinikmati memenuhi ruang Istora.
Di panggung, instalasi mobil kardus karya Dusdukduk memberi sentuhan whimsical pada dunia visual. Andien tampil memukau dalam gaun karya Hian Tjen, membuka perjalanan musikal dengan pesona yang menawan.
Valentina Theatrum: Napas Emosional Sang Diva
Segmen kedua menghadirkan atmosfer yang lebih intim dan melankolis. Bersama maestro Indra Lesmana, babak ini menjadi perjalanan pulang ke akar jazz Andien—genre yang membesarkannya sejak awal karier.
Enam lagu dibawakan dengan penuh penghayatan, diperkuat busana Ivan Gunawan yang mengeksplorasi gaya dan material baru. Momen menjadi semakin spesial ketika Vina Panduwinata muncul membawakan lagu ikonisnya, menghidupkan nostalgia penonton.
Windows Wonderland: Nostalgia 2000-an dengan Sentuhan Futuristik
Memasuki babak ketiga, suasana berubah exciting. Bersama Wijaya 80, Andien mengajak penonton melompat ke era kejayaan 2000-an—namun dikemas dalam balutan futuristik khas 2025.
Tujuh lagu hits dibawakan penuh energi, sementara gaun rancangan Dibba menambah kontras menarik antara memori dan modernitas.
Winamp Party Portal: Penutup yang Meriah dan Penuh Euforia
Babak terakhir menjadi ledakan kolaborasi unik bersama White Chorus. Eksperimen musik criss-cross yang tak terduga ini menunjukkan bagaimana Andien terus berkembang, melampaui batas zaman dan genre.
Konser ditutup dengan lagu Sahabat Setia, dibawakan dengan gaya glamor lewat rancangan Eddy Betty, menghadirkan akhir yang meriah, berkilau, dan meninggalkan euforia mendalam bagi ribuan penonton.

Dunia Andien Hadir di Suarasmara Downtown
Pengalaman Suarasmara tidak hanya terjadi di dalam arena. Sejak memasuki Istora, penonton telah diserap ke dalam Suarasmara Downtown—sebuah area kreatif yang memadukan seni, interaksi, dan gagasan keberlanjutan.
Gerbang besar dari recycled plastic menjadi pintu masuk yang simbolis, sementara area foyer diubah menjadi ruang pamer interaktif yang merayakan transformasi dan kesadaran lingkungan.
Berbagai exhibitor kreatif turut hadir, seperti Dusdukduk, Viro, Kreaby, Nouvwerk, dan Setali Indonesia, yang semuanya menampilkan karya berkelanjutan dengan pendekatan eksperimental.
Komitmen terhadap bumi juga terasa lewat kehadiran Rekosistem sebagai mitra pengelola daur ulang. Seluruh limbah konser diproses secara bertanggung jawab, dan jejak karbonnya diimbangi melalui program carbon offset—menjadikan Suarasmara bukan sekadar konser, tetapi juga pernyataan etis tentang masa depan industri kreatif.|Foto : Istimewa


















