Scroll untuk baca artikel
HiburanFilm

“Pelangi di Mars”: Ambisi Baru Sinema Indonesia Menembus Genre Sci-Fi Berstandar Global

8
×

“Pelangi di Mars”: Ambisi Baru Sinema Indonesia Menembus Genre Sci-Fi Berstandar Global

Sebarkan artikel ini

JAKARTA,CentangSatu.com — Industri perfilman Indonesia bersiap memasuki babak baru lewat proyek film fiksi ilmiah “Pelangi di Mars”, yang digarap dengan teknologi produksi mutakhir dan ditargetkan tayang pada 2026. Film ini menjadi salah satu upaya besar untuk menunjukkan bahwa sineas lokal mampu bersaing dalam pembuatan karya berlatar dunia futuristik.

Sutradara Upi Guava menilai bahwa Indonesia perlu berani mengeksplorasi genre yang selama ini jarang disentuh karena kompleksitas dan biaya produksi tinggi. Ia mengakui bahwa film ini menjadi ajang eksperimen teknologi digital yang belum banyak diterapkan dalam proses produksi lokal.

“Kalau kita mau maju, harus berani mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan,” ujar Upi dalam konferensi pers di Jakarta.

XR dan Motion Capture: Tonggak Baru Produksi Film Nasional

Proses syuting “Pelangi di Mars” memadukan Extended Reality (XR) dan Unreal Engine untuk menciptakan lingkungan 3D Planet Mars secara real-time. Dengan konsep virtual production, latar digital ditampilkan langsung melalui layar LED, sehingga pemain dapat berinteraksi dengan visual yang lebih imersif.

Selain itu, penggunaan Motion Capture (MoCap) diterapkan untuk menghadirkan empat robot karakter pendukung cerita: Batik, Kimchi, Yoman, dan Petya.

Produser Dendy Reynando menyebut langkah ini sebagai proses pembelajaran besar bagi tim lokal.

“Kami semua keluar dari zona nyaman. Ini bukan hanya bikin film, tapi membangun ekosistem teknologi film Indonesia,” katanya.

Cerita tentang Masa Depan yang Dikorbankan Keputusan Hari Ini

Film yang ditulis Alim Sudio tersebut mengambil latar tahun 2090, saat umat manusia kehilangan Bumi akibat keputusan-keputusan keliru yang merusak lingkungan. Di Mars, koloni manusia berjuang mempertahankan kehidupan, termasuk seorang anak perempuan bernama Pelangi, manusia pertama yang lahir di planet merah.

Menurut Upi, meski bertema futuristik, film ini tetap menyampaikan refleksi sosial masa kini.

“Dunia 2090 di film ini adalah cermin dari apa yang kita lakukan hari ini,” tuturnya.

Dukungan PFN dan Harapan Mencetak Standar Baru

PT Produksi Film Negara (Persero) ikut mendukung penggarapan hingga pendistribusian film ini sebagai bagian dari langkah membangun karya yang bisa mendapat tempat di pasar internasional.

Film yang dibintangi Messi Gusti, Lutesha, dan Rio Dewanto ini diharapkan menjadi representasi kemajuan teknologi perfilman Tanah Air.

“Kami ingin membuka pintu bagi semakin banyak genre yang belum populer di industri lokal,” ujar Dendy.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *