Scroll untuk baca artikel
UmumFilm

Pesantren Menyapa Zaman Lewat Film di SANFFEST 2025

10
×

Pesantren Menyapa Zaman Lewat Film di SANFFEST 2025

Sebarkan artikel ini

JAKARTA, Centang Satu.Com — Di tangan para santri, kamera tak lagi sekadar alat perekam gambar, melainkan medium dakwah baru yang berbicara dengan bahasa zaman. Dari balik tembok pesantren, lahir cerita-cerita yang merekam nilai, kegelisahan, dan harapan, membuktikan bahwa kreativitas dan tradisi dapat berjalan beriringan dalam satu bingkai sinema.

Komitmen tersebut ditegaskan Kementerian Agama Republik Indonesia melalui penyelenggaraan Santri Film Festival (SANFFEST) 2025, yang dipandang sebagai bagian dari transformasi dakwah dan budaya pesantren agar semakin adaptif terhadap perkembangan zaman. Festival ini juga membuka ruang ekspresi santri di ranah industri kreatif yang berakar kuat pada nilai-nilai keislaman.

Malam Anugerah SANFFEST 2025 yang digelar di Sasono Langgen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, Ahad (21/12/2025), menjadi puncak perhelatan festival film santri perdana tersebut. Sebanyak 125 karya film berhasil dihimpun dari 115 pesantren yang tersebar di 20 provinsi, menandai antusiasme dan partisipasi luas komunitas pesantren dalam dunia sinema.

Capaian itu menunjukkan besarnya potensi santri sebagai subjek kebudayaan yang tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga produsen karya kreatif. Meski dengan keterbatasan sarana dan prasarana, para santri mampu menghadirkan karya sinematik bermutu yang merefleksikan nilai, realitas sosial, serta perspektif khas pesantren.

Direktur Pesantren Kementerian Agama RI, Basnang Said, menyatakan bahwa SANFFEST sejalan dengan agenda penguatan moderasi beragama, transformasi dakwah, serta pengembangan sumber daya manusia santri. Menurutnya, santri perlu dipersiapkan tidak hanya unggul dalam keilmuan keagamaan, tetapi juga kreatif, adaptif, dan berdaya saing di ruang publik yang terus berubah.

“Ke depan, SANFFEST akan dikembangkan sebagai wahana pendidikan perfilman santri yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Perluasan kategori lomba, pendampingan produksi, hingga rencana distribusi karya santri melalui platform streaming nasional dan kanal khusus SANFFEST diharapkan dapat membuka akses ekonomi kreatif bagi pesantren,” tegas Basnang.

 

Sementara itu, Ketua Komite SANFFEST 2025, Neno Warisman, menilai film-film karya santri lahir dari kesederhanaan, namun sarat ketulusan, daya juang, dan pesan moral yang kuat. Ia menekankan bahwa nilai-nilai Al-Qur’an yang kaya akan kisah dan hikmah menjadi fondasi utama karya-karya tersebut.

“Kami menyaksikan bagaimana keterbatasan justru melahirkan kejujuran artistik. Inilah karakter khas santri: mandiri, bersungguh-sungguh, dan tidak mudah menyerah,” ujarnya.

Kementerian Agama menilai SANFFESTbukan sekadar ajang kompetisi, melainkan gerakan kebudayaan pesantren yang strategis. Film dipandang sebagai medium dakwah kultural yang efektif untuk menyampaikan pesan keislaman yang ramah, reflektif, dan relevan dengan realitas sosial masyarakat.

Partisipasi santri dari berbagai daerah, termasuk luar Pulau Jawa, menjadi bukti kuat besarnya energi kultural pesantren. Sejumlah santri bahkan hadir secara mandiri dengan keterbatasan ekonomi dan memilih beristirahat di masjid demi dapat mengikuti malam puncak SANFFEST 2025, mempertegas nilai kemandirian dan kesungguhan dalam tradisi pesantren.

Kementerian Agama juga mengapresiasi kolaborasi lintas sektor dalam penyelenggaraan SANFFEST 2025, termasuk dukungan dari Kementerian Kebudayaan yang memberikan hadiah bagi Juara Terbaik. Sementara Kemenag memberikan apresiasi kepada para pemenang juara dua dan tiga di sepuluh kategori lomba.

Melalui SANFFEST, Kemenag menegaskan bahwa pesantren bukan hanya pusat tafaqquh fi al-din, tetapi juga ruang tumbuh kebudayaan dan kreativitas. Dari pesantren, sinema Indonesia mendapatkan perspektif baru—sederhana, jujur, dan berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan serta kebajikan universal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *