Scroll untuk baca artikel
Sosial dan budaya

Melalui Platform Digital Read Indonesia Kementerian Kebudayaan Dorong Sastra dan Warisan Budaya Indonesia Semakin Mendunia

8
×

Melalui Platform Digital Read Indonesia Kementerian Kebudayaan Dorong Sastra dan Warisan Budaya Indonesia Semakin Mendunia

Sebarkan artikel ini

JAKARTA,CentangSatu.com – Kementerian Kebudayaan RI resmi meluncurkan platform digital Read Indonesia sebagai langkah strategis untuk memperkuat literasi nasional sekaligus mempromosikan sastra dan warisan budaya Indonesia ke panggung internasional.

Peluncuran tersebut berlangsung di Gedung A Lantai 3, Kompleks Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Jalan Jenderal Sudirman Senayan, Jakarta, Selasa (23/12/2025)

“Read Indonesia dihadirkan sebagai platform digital terpadu yang memuat informasi, publikasi, serta dokumentasi kegiatan literasi dan sastra Indonesia,” ujar Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., menyampaikan sambutan.

Fadli Zon menegaskan, bahwa Read Indonesia bukan sekadar proyek teknologi, melainkan wujud tanggung jawab negara dalam memajukan kebudayaan nasional.

“Penanda nyata kehadiran negara yang lebih sadar dan bertanggung jawab dalam mengelola promosi sastra nasional. Platform ini menjadi fondasi awal sistem promosi sastra Indonesia yang berkesinambungan,” tegasnya.

Selain Menteri Kebudayaan, acara peluncuran platform digital Read Indonesia tersebut dihadiri Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha Djumaryo, Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan Endah T.D. Retnoastuti, serta jajaran pejabat kementerian.

Hadir antara lain; Dimas Samodra Rum, Drs., MBA., dari UNIMA Indonesia (Union Internationale de la Marionette), Imira Dewi SENAWANGI (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), dan Luluk Sumiarso, PEWANGI (Persatuan Wayang Orang Indonesia).

Hadir juga Trianto, S.E., dari PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia), dan Eddie Karsito dari SGI (Sekretariat Gamelan Indonesia), serta para seniman, sastrawan, budayawan, dan pegiat literasi lainnya.

10 Objek Pemajuan Kebudayaan

Fadli Zon menegaskan, sastra merupakan salah satu dari 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang memiliki peran penting dalam membentuk identitas bangsa.

10 Objek Pemajuan Kebudayaan tersebut meliputi Tradisi Lisan, Manuskrip, Adat Istiadat, Ritus, Pengetahuan Tradisional, Teknologi Tradisional, Seni, Bahasa, Permainan Rakyat, dan Olahraga Tradisional, yang mencakup kekayaan warisan takbenda maupun benda yang perlu dilestarikan.

Melalui karya sastra, kata Fadli Zon, nilai-nilai luhur dan sejarah Indonesia dapat dikenal dunia.

“Jadi ini perintah konstitusi sesuai Pasal 32 ayat (1) UUD 1945. Amanat bagi Negara untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia, dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut Fadli Zon menegaskan, peluncuran Read Indonesia juga menandai langkah penguatan koordinasi antarlembaga. Pentingnya membangun ekosistem kebudayaan yang berkelanjutan.

Secara lebih luas, Read Indonesia mencerminkan evolusi kebijakan kebudayaan nasional di era digital. Platform ini tidak hanya menyediakan akses terhadap karya sastra klasik hingga kontemporer, tetapi juga memfasilitasi terjemahan, diskusi virtual, serta kemitraan dengan institusi luar negeri.

SGI Hadir Perkuat Ekosistem Budaya

Fadli Zon juga menyambut baik lahirnya berbagai kantong-kantong budaya di berbagai daerah. Termasuk inisiatif didirikannya Sekretariat Gamelan Indonesia (SGI) dalam rangka memperkuat ekosistem budaya.

Fadli Zon mengajak agar seluruh pihak memperkuat ekosistem seni tradisi melalui kolaborasi lintas sektor. Hal ini guna mendorong kebangkitan ekspresi seni, melestarikan warisan budaya, dan menjadikan kebudayaan sebagai bagian dari identitas nasional serta diplomasi.

Dia juga menyoroti meningkatnya minat dunia terhadap gamelan. Banyak orang asing memainkan gamelan. Hal ini kata dia bukti bahwa warisan budaya sudah mendunia, dan tugas kita memastikan keberlanjutannya di tanah sendiri.

Menurutnya, penguatan ekosistem kebudayaan diperlukan agar pelestarian tidak berhenti pada seremonial semata, tetapi mampu melahirkan regenerasi, inovasi, dan nilai ekonomi bagi masyarakat.

“Kebudayaan jangan hanya dilestarikan, tetapi harus dikembangkan, dimanfaatkan, dan dibina agar bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi. Itulah pentingnya membangun ekosistem yang hidup,” ujar dia.

Warisan Budaya Takbenda (WBTb)

Fadli Zon juga mengungkapkan 16 Intangible Cultural Heritage (ICH) Indonesia yang telah diakui UNESCO. Wayang menjadi warisan budaya pertama yang diakui pada tahun 2003.

Menyusul kemudian Keris (2008), Batik (2009), Best Practice Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), Noken Papua (2012), Tiga Genre Tari Tradisional di Bali (2015), dan Pinisi: Seni Pembuatan Perahu di Sulawesi Selatan (2017),

Selanjutnya Tradisi Pencak Silat (2019), Pantun (nominasi bersama Indonesia-Malaysia 2020), Gamelan (2021), Jamu (2023), Reog Ponorogo (2024), Kebaya (2024), dan Kolintang (2024).

“Pemerintah akan terus mendorong pembinaan dan kolaborasi antara pelaku seni, akademisi, pemerintah daerah, dan masyarakat. Kebudayaan diharapkan dapat berkontribusi pada ekonomi nasional melalui industri kreatif dan pop culture,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kementerian Kebudayaan juga meluncurkan buku “Keramik Cina Temuan Sungai Musi – Abad 7-19 Masehi” dan “The Wonder of Indonesian Wayang,” karya Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., serta Majalah Kultur Volume 1, yang menarasikan kerja kebudayaan sebagai bagian dari kerja peradaban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *