Scroll untuk baca artikel
Film

“Perang Jawa”: Film Epik Angkat Kisah Diponegoro, Simbol Perlawanan yang Terlupakan

20
×

“Perang Jawa”: Film Epik Angkat Kisah Diponegoro, Simbol Perlawanan yang Terlupakan

Sebarkan artikel ini

Centangsatu, Jakarta – Kisah heroik Pangeran Diponegoro akan segera dihidupkan kembali ke layar lebar lewat proyek ambisius garapan Visinema bertajuk Perang Jawa. Film ini dijanjikan sebagai karya sinema berskala besar yang tak hanya penting bagi sejarah Indonesia, tetapi juga memiliki resonansi kuat di kawasan Asia Tenggara.

Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko dan diproduseri secara eksekutif oleh Gita Wirjawan, proyek ini melibatkan sejarawan ternama asal Inggris, Peter Carey, sebagai konsultan sejarah. Film dijadwalkan memasuki proses produksi pada 2027, dan dirancang dengan pendekatan visual serta naratif yang memadukan standar global dengan sudut pandang lokal yang otentik.

“Pemahaman sejarah adalah fondasi penting untuk masa depan bangsa,” ujar Gita dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/7/2025).

Ia menekankan bahwa melalui medium film, generasi muda bisa mengenal lebih dekat nilai-nilai luhur yang diperjuangkan Diponegoro, nilai-nilai yang kini mulai memudar di tengah arus zaman.

Gita juga menyentil fenomena yang ia sebut “amnesia historis”, dimana masyarakat melupakan akar perjuangan bangsa. Film ini, menurutnya, bukan hanya soal masa lalu, tetapi juga tentang membangkitkan kesadaran kolektif akan pentingnya integritas dan perlawanan terhadap ketidakadilan.

Sang sutradara, Angga Dwimas Sasongko, menegaskan bahwa Perang Jawa bukan sekadar film sejarah. “Kami ingin membangun dunia, menciptakan pengalaman sinematik yang menggugah secara emosional dan visual. Penonton harus bisa merasakan intensitas konflik ini dari sudut pandang kita sendiri sebagai bangsa,” kata Angga, yang sebelumnya sukses dengan film Mencuri Raden Saleh dan 13 Bom di Jakarta.

Peter Carey, yang telah lebih dari 40 tahun meneliti tokoh Diponegoro, menyebut Pangeran dari Yogyakarta itu sebagai sosok pemimpin spiritual yang tak tergoyahkan oleh tekanan kolonialisme.

“Dia sangat yakin, sangat blak-blakan, dan sama sekali tidak tunduk pada cara berpikir kolonial. Itulah mengapa dia layak dikenang,” ujar Carey, merujuk pada pertemuan bersejarah antara Diponegoro dan Jenderal De Kock di Magelang, momen penting yang akan turut diangkat dalam film.

Tak kalah penting, peluncuran proyek ini juga menjadi bagian dari peringatan 200 tahun Perang Diponegoro, yang dimulai pada 20 Juli 1825. Perang itu pecah setelah pemerintah kolonial membangun jalan di atas tanah leluhur Diponegoro, memicu salah satu konflik paling berdarah di Nusantara.

Ditulis oleh Ifan Ismail dan diproduseri oleh Taufan Adryan, film ini menjanjikan akurasi sejarah yang mendalam tanpa mengorbankan kekuatan dramatik. Dengan dukungan Visinema, Perang Jawa digadang-gadang akan menjadi penanda era baru film sejarah Indonesia, sebuah karya yang tak sekadar menampilkan masa lalu, tapi juga menghidupkannya kembali.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *