Scroll untuk baca artikel
HiburanMusik

GBN 2025 Meriahkan Kota Tua, Rayakan Delapan Dekade Kemerdekaan dengan Simfoni Persatuan

16
×

GBN 2025 Meriahkan Kota Tua, Rayakan Delapan Dekade Kemerdekaan dengan Simfoni Persatuan

Sebarkan artikel ini

Jakarta,CentangSatu.com — Taman Fatahillah di kawasan Kota Tua Jakarta berubah menjadi panggung kemegahan musik pada Sabtu (9/8) malam, saat Konser Kemerdekaan Gita Bahana Nusantara (GBN) 2025 menggelar pertunjukan bertema “Simfoni Delapan Dekade”. Ribuan warga memadati area bersejarah itu untuk menikmati harmoni paduan suara, orkestra, dan penampilan spesial para talenta muda dari seluruh nusantara.

Penyanyi cilik Prince Poetiray membuka sorotan malam dengan membawakan “Selalu Ada di Nadimu”, lagu dari film animasi JUMBO, dengan iringan penuh warna dari orkestra GBN. Sorak tepuk tangan penonton kian riuh saat Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha naik panggung, turut bernyanyi bersama ratusan anggota paduan suara dan orkestra.

Repertoar malam itu menghadirkan lagu-lagu ikonik, mulai dari “Oh Indonesiaku”—yang awalnya dikenal sebagai “O Tano Batak” karya Siddik Sitompul—hingga “Rangkaian Melati”, “Di Atas Awan”, dan “Indonesia Jiwaku”. Setiap alunan seolah membawa penonton menyusuri jejak sejarah perjuangan bangsa hingga semangat masa depan.

“Konser ini mengajak kita merasakan dentuman semangat proklamasi dan kekayaan budaya yang kita sebut sebagai mega diversity,” ujar Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam sambutannya. Ia menegaskan, GBN adalah wadah bagi generasi muda dari 33 provinsi untuk berkolaborasi, berkarya, dan menjaga persatuan lewat musik.

Para musisi muda ini nantinya akan kembali tampil pada puncak peringatan HUT ke-80 RI di Istana Merdeka, 17 Agustus 2025, yang akan dirangkai dengan karnaval, pesta rakyat, dan festival seni. “Budaya musik mempersatukan perbedaan dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika. Saya ingin mereka terus menjadi bagian dari perjalanan menuju Indonesia Emas 2045,” kata Fadli.

Malam di Kota Tua itu pun berakhir dengan tepuk tangan panjang—bukan sekadar tanda puas, tapi juga pengingat bahwa musik mampu menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan bangsa.| Foto : Istimewa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *