Scroll untuk baca artikel
Sport

Perang Bintang Liga Jakarta U-17: Adu Bakat, Silaturahmi, dan Harapan Masa Depan

182
×

Perang Bintang Liga Jakarta U-17: Adu Bakat, Silaturahmi, dan Harapan Masa Depan

Sebarkan artikel ini

Jakarta,CentangSatu.com— Ajang Perang Bintang Liga Jakarta U-17 Piala Gubernur 2025 menghadirkan atmosfer berbeda di Lapangan Sintetis PSF, Pancoran, Jakarta Selatan, Minggu (28/9). Pertandingan ekshibisi antara Tim Merah besutan Tias Tano Taufik dan Tim Putih arahan Maman Suryaman berlangsung ketat hingga tiga laga berakhir imbang 0-0. Pemenang ditentukan lewat adu penalti, namun sorotan utama tertuju pada kualitas individu para pemain terbaik hasil seleksi musim ini.

“Luar biasa. Pilihan pemain bagus. Semuanya bagus-bagus,” ujar Aef Barlian, pelatih Bina Mutiara, mengapresiasi performa pemain muda yang tampil.

Bagi para pemain, Perang Bintang menjadi ajang unjuk kemampuan sekaligus pengalaman berharga. Ibrahimovic Surya Fadillah, striker ABC Wirayudha, mengaku bangga bisa tampil. “Alhamdulillah, semuanya lancar. Tapi memang sulit sekali menembus pertahanan lawan. Ke depan, saya kepingin main di Persija Jakarta,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Galih Abhyakta, gelandang Raga Negeri. “Di sini kami beradu skill, menunjukkan kemampuan masing-masing. Saya ingin jadi pemain profesional untuk membanggakan orang tua. Cita-cita saya, bermain untuk Persib Bandung,” katanya.

Dari bawah mistar, Andhika Nuansa Putra, kiper Farama FC, juga berbagi kesan. “Saya bangga masuk 50 besar pemain terbaik. Alhamdulillah bisa tahan bola pakai kaki saat sudah terjatuh di adu penalti. Semua berkat latihan,” ucapnya. Ia juga menyebut wejangan dari CEO Liga Jakarta U17, Yosef Erwiyantoro, memberi motivasi besar.

Sementara itu, Reza Nur Muhammad, striker Raga Negeri, menilai Perang Bintang menjadi ruang perekat persahabatan. “Yang tadinya lawan di kompetisi, di sini kami menyatu sebagai kawan. Ada nilai silaturahmi. Ini juga jadi ice breaking setelah 20-an kali bertanding di liga,” ungkapnya.

Muhammad Ridho, kapten Bina Mutiara, menambahkan, “Alhamdulillah bisa tampil di Perang Bintang ini. Memang sulit mencetak gol, tapi semua pemain sudah mengeluarkan kemampuan terbaik mereka.”

Tak hanya pemain, orang tua dan pemilik klub pun memberi dukungan. Eman Sulaiman, ayah Rama Fahmi (Bina Mutiara), mengatakan, “Kalau sulit mencetak gol, itu bukan karena strikernya buruk, tapi karena pemain belakang dan kiper lawan juga bagus.” Ia berharap kompetisi ini terus berlanjut tahun depan.

Senada, H. Aep Saepuddin, pemilik Farama FC, mengapresiasi peran talent scouter. “Kami berterima kasih sudah ada enam pemain Farama FC masuk 50 besar. Salut kepada pelatih yang memilih mereka. Di sini, mereka tidak hanya bertanding, tapi juga membaur satu sama lain,” ujarnya.

Dengan kualitas yang ditampilkan, Perang Bintang bukan sekadar laga eksibisi, melainkan wadah untuk mengukur kemampuan, memperkuat silaturahmi, sekaligus membuka jalan menuju level sepak bola yang lebih tinggi bagi talenta muda Jakarta.|Foto : JokoDolok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *