Abu Dhabi, Centangsatu.com – Belantara Foundation bersama Conservation Allies resmi menandatangani piagam kerja sama strategis untuk mendukung konservasi gajah sumatra di Lanskap Sugihan–Simpang Heran, Sumatera Selatan. Penandatanganan berlangsung dalam ajang IUCN World Conservation Congress 2025 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Langkah ini dinilai sebagai tonggak penting dalam upaya memperkuat koeksistensi antara manusia dan gajah liar di kawasan dengan tingkat kerentanan tinggi terhadap konflik satwa.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, menjelaskan bahwa kolaborasi ini bukan hanya seremonial, melainkan bagian dari komitmen berkelanjutan untuk memastikan keberlangsungan populasi gajah sumatra dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Kami percaya bahwa konservasi tidak bisa berdiri sendiri, harus berjalan seiring dengan pembangunan sosial-ekonomi masyarakat lokal. Dalam konteks Lanskap Sugihan–Simpang Heran, kami melihat bahwa kehidupan manusia dan gajah sudah terhubung begitu erat. Karena itu, program Living in Harmony menjadi wujud nyata dari filosofi kami bagaimana dua kehidupan yang berbeda dapat saling beradaptasi dan bertahan dalam ruang yang sama,” ujar Dolly.
“Kami bersama Conservation Allies berupaya memperkuat pendekatan berbasis kolaborasi, dengan memperhatikan sains, kebutuhan sosial, serta budaya masyarakat lokal. Dukungan dari mitra internasional ini kami manfaatkan untuk memperluas pelatihan mitigasi konflik, membangun menara pemantauan untuk deteksi dini pergerakan gajah, serta mengembangkan edukasi konservasi bagi anak-anak sekolah di sekitar kawasan. Dengan cara itu, kami tidak hanya melindungi satwa, tapi juga menanamkan kesadaran ekologis lintas generasi,” tambahnya.
Menurut data Belantara Foundation, populasi gajah sumatra di kawasan tersebut diperkirakan mencapai 100–120 individu. Namun, tingginya tekanan akibat ekspansi industri dan pemukiman membuat konflik manusia-gajah semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Sementara itu, Presiden Conservation Allies, Dr. Paul Salaman, menegaskan bahwa upaya konservasi gajah sumatra adalah bagian dari tanggung jawab global terhadap keanekaragaman hayati dunia.
“Kami melihat kerja sama ini sebagai langkah konkret untuk memastikan masa depan gajah sumatra tetap terjaga. Belantara Foundation telah bekerja dengan dedikasi luar biasa di lapangan, dan tugas kami adalah memperkuat dukungan tersebut melalui pendanaan yang transparan dan akuntabel,” tutur Paul.
“Dana yang kami kumpulkan dari masyarakat di Amerika Serikat dan berbagai negara akan sepenuhnya disalurkan untuk mendukung kegiatan konservasi, mulai dari riset perilaku gajah hingga pembangunan artificial saltlicks yang penting bagi kesehatan mereka. Kami juga mendorong publik global untuk ikut ambil bagian—karena pelestarian satwa liar tidak mengenal batas negara, tetapi menjadi tanggung jawab kemanusiaan secara universal,” imbuhnya.
Dukungan terhadap kerja sama ini juga datang dari pemerintah Indonesia. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Prof. Dr. Satyawan Pudyatmoko, menyambut baik langkah sinergis ini sebagai pelengkap kebijakan nasional konservasi satwa dilindungi.
“Gajah sumatra termasuk dalam kategori Critically Endangered menurut IUCN dan merupakan satwa prioritas nasional. Apa yang dilakukan Belantara Foundation bersama Conservation Allies ini menunjukkan bagaimana lembaga non-pemerintah dan mitra global bisa berperan besar dalam memperkuat implementasi konservasi berbasis masyarakat,” ungkap Satyawan.
“Kami berharap kerja sama ini dapat mengurangi konflik manusia–gajah secara signifikan di lapangan, serta memperluas pemahaman masyarakat bahwa menjaga kelestarian gajah berarti juga menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan keseimbangan ekosistem,” tuturnya.
Kehadiran Belantara Foundation di Kongres Konservasi Dunia IUCN 2025 menjadi ajang untuk menunjukkan inisiatif Indonesia dalam memulihkan hutan terdegradasi dan melestarikan biodiversitas tropis. Kesepakatan dengan Conservation Allies diharapkan menjadi model kerja sama yang dapat direplikasi di wilayah lain, di mana keseimbangan antara kehidupan manusia dan satwa liar menjadi tantangan utama.
Dengan terjalinnya kemitraan ini, optimisme baru tumbuh bagi pelestarian gajah sumatra simbol megafauna Asia yang kini berjuang melawan ancaman kepunahan di tanah airnya sendiri.