BOGOR,CentangSatu.com — Belantara Foundation bersama Universitas Pakuan menggelar Seminar/Webinar Internasional bertema “Mangrove Ecosystems and the Future of Blue Carbon” melalui Belantara Learning Series Episode 14 (BLS Eps.14) pada Kamis (20/11/2025). Kegiatan yang berlangsung secara hibrid ini diikuti 908 peserta dari dalam dan luar negeri.
Acara luring dipusatkan di Auditorium Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan, Bogor, sementara peserta daring bergabung melalui Zoom. Peserta internasional tercatat berasal dari Pakistan, India, Bangladesh, Thailand, hingga Timor Leste. Selain itu, enam universitas di Indonesia juga berpartisipasi melalui kegiatan “Nonton dan Belajar Bareng”.
Perwakilan Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH RI, Puji Iswari, menyampaikan bahwa penerbitan PP Nomor 27 Tahun 2025 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove menjadi tonggak penting dalam penguatan tata kelola mangrove secara berkelanjutan.
“Implementasi kebijakan membutuhkan langkah konkret serta kolaborasi semua pihak. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi kerusakan ekologis dan menjadi warisan lingkungan bagi generasi mendatang,” kata Puji dalam keynote speech.


Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, menegaskan ekosistem mangrove memiliki kontribusi besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon biru (blue carbon).
“Konservasi mangrove adalah inti dari solusi mitigasi iklim. Dengan mengintegrasikan karbon biru dalam kebijakan nasional, Indonesia dapat berperan memimpin solusi berbasis alam di tingkat global,” ucap Dolly.
Pembicara lain, Peneliti Ahli Utama BRIN Dr. Virni Budi Arifanti, menilai bahwa pengelolaan mangrove harus berbasis sains dan melibatkan masyarakat lokal agar manfaat ekologis dan sosial ekonomi dapat berkelanjutan.
Rektor Universitas Pakuan Prof. Didik Notosudjono menyampaikan bahwa akademisi menjadi katalis penting dalam inovasi dan pendidikan untuk melindungi ekosistem pesisir.
Dukungan perspektif internasional disampaikan Maeve Nightingale dari IUCN Asia. Ia memaparkan bahwa kawasan Asia menampung lebih dari 40 persen mangrove dunia, dan Indonesia memiliki sekitar seperempat total mangrove global.
Seminar ini juga menghadirkan narasumber dari Bangladesh, Pakistan, dan India yang membagikan pengalaman pengelolaan mangrove di negara masing-masing. Diskusi dipandu akademisi Universitas Pakuan, Prof. Sata Yoshida Srie Rahayu.
Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan Prof. Sri Setyaningsih berharap kegiatan ini menjadi ruang kolaborasi untuk memperkuat gagasan dan aksi perlindungan mangrove.
“Semoga memberikan kontribusi nyata bagi ketahanan ekologi dan kesejahteraan masyarakat pesisir,” Pungkasnya.


















