Scroll untuk baca artikel
Hot News

Gugatan Cerai Istri Ridwan Kamil, Praktisi Hukum Deolipa Yumara Soroti Luka Batin Perempuan

11
×

Gugatan Cerai Istri Ridwan Kamil, Praktisi Hukum Deolipa Yumara Soroti Luka Batin Perempuan

Sebarkan artikel ini
Ridwan Kamil Digugat Cerai Sang Istri, Begini Komentar Praktisi Hukum Deolipa Yumara
Ridwan Kamil Digugat Cerai Sang Istri, Begini Komentar Praktisi Hukum Deolipa Yumara

Centangsatu.com – Kabar gugatan cerai yang diajukan istri mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, tengah menjadi sorotan publik. Menanggapi isu tersebut, praktisi hukum Deolipa Yumara turut memberikan pandangannya saat ditemui di Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri), terkait perkara lain yang tengah ia tangani.

Dalam keterangannya, Deolipa menilai gugatan cerai tersebut berangkat dari persoalan mendasar yang bermula dari sebuah momen khilaf dan berujung pada luka batin seorang perempuan. Ia berharap konflik rumah tangga tersebut tidak harus berakhir dengan perpisahan permanen.

“Kalau kita lihat, ini kan berawal dari peristiwa khilaf. Dari situ kemudian terjadi gugatan cerai. Harapan saya pribadi, mudah-mudahan ini tidak sampai benar-benar cerai. Bagaimanapun mereka sudah sama-sama tua, anak-anaknya juga sudah dewasa. Idealnya ya tetap bersama saja sampai akhir. Tapi kita juga tidak bisa memaksakan, karena perasaan seorang perempuan itu nyata, dan ketika perasaan itu diluapkan dalam bentuk gugatan perceraian, berarti ada luka yang sangat dalam,” ujar Deolipa.

Deolipa menegaskan, gugatan cerai bukan sekadar proses administratif, melainkan ekspresi hukum dari perubahan perasaan yang signifikan. Hilangnya kepercayaan, menurutnya, kerap menjadi alasan utama seorang istri mengambil langkah tersebut.

“Biasanya kalau sudah menggugat cerai, itu tandanya cinta sudah hilang atau kepercayaan sudah runtuh. Ini bukan perkara sepele. Kita bicara soal perasaan. Ketika seorang perempuan kehilangan cinta, apalagi karena dikhianati, maka yang terjadi itu hancur, pecah, dan sulit dipulihkan,” katanya.

Lebih lanjut, Deolipa menyinggung adanya keterkaitan dengan sejumlah persoalan hukum lain yang turut memperumit situasi. Berbagai isu yang muncul, menurutnya, saling berkelindan dan berdampak pada kondisi psikologis pihak-pihak yang terlibat.

“Apakah ada kaitannya dengan Lisa? Jelas ada. Apakah ada kabar yang bersinggungan dengan KPK? Bisa jadi. Semua ini seperti potongan-potongan yang saling terhubung. Inilah yang kemudian membuat seorang ibu kehilangan rasa cintanya. Ketika sudah masuk ke ranah hukum, biasanya itu bukan lagi soal emosi sesaat, tapi sudah akumulasi kekecewaan,” jelasnya.

Ia juga menggambarkan konflik tersebut sebagai persoalan yang tidak hanya bersifat domestik, tetapi turut dipengaruhi oleh dimensi sosial dan politik.

“Kadang orang berpikir ini benar, ternyata salah. Begitulah politik, apalagi politik dalam keluarga. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi di balik layar. Yang jelas, sudah terjadi saling menggugat, saling bercerita, dan saling membuka luka,” lanjut Deolipa.

Meski demikian, Deolipa mengaku tetap mendoakan agar seluruh pihak yang terlibat diberikan kekuatan serta jalan terbaik dalam menyelesaikan persoalan ini.

“Lisa juga punya jalannya sendiri, RK juga menerima nasibnya. Sementara Ibu Cinta justru menanggung beban paling berat karena secara moral dan perasaan, dia yang paling tersakiti. Maka yang bisa kita lakukan hanyalah mendoakan agar semuanya baik-baik saja,” ucapnya.

Di akhir pernyataannya, Deolipa memberikan pesan reflektif agar kesalahan serupa tidak kembali terulang di masa mendatang.

“Kalau mau hubungan membaik, ya perbanyak doa dan ibadah. Biasanya kalau hidup belok ke mana-mana, itu karena ibadahnya kurang kuat. Kita ini manusia, tempat salah dan khilaf, tapi jangan lupa untuk kembali lurus. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain berdoa, karena urusan hati itu memang paling sulit dicerna,” pungkas Deolipa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *