CentangSatu, PUNCAK JAYA – Di balik sunyinya lereng-lereng terjal Puncak Jaya, suara tawa anak-anak dan sapaan hangat para ibu Kampung Tinolok hari itu menandai kehadiran tamu yang mereka kenal baik: prajurit dari Satgas Yonif 715/Motuliato. Kamis pagi (12/6), prajurit dari Pos Tinolok bukan datang dengan senjata di tangan, melainkan dengan kotak-kotak obat dan senyum lebar yang menyiratkan kepedulian mendalam.
Pelayanan kesehatan keliling yang mereka lakukan menyentuh bukan hanya tubuh, tetapi juga hati masyarakat. Kegiatan ini mencakup pemeriksaan tekanan darah, pengobatan luka ringan, hingga penyuluhan pola hidup bersih yang masih sulit dijangkau warga di wilayah pegunungan ini. Lebih dari sekadar bakti sosial, bagi mereka, ini adalah tugas kemanusiaan yang tak kalah penting dari misi keamanan.
“Kami datang bukan hanya sebagai penjaga kedaulatan, tapi juga sebagai bagian dari masyarakat. Kami ingin hadir sebagai saudara, sahabat, bahkan anak bagi mama-mama di sini,” ujar Lettu Inf Rusdi, Danpos Tinolok, dalam wawancara khusus. Suaranya mantap namun bersahaja, matanya sesekali menyapu pemandangan sekitarnya, seakan memastikan semua tetap aman sambil memberi ruang bagi harapan.
“Kesehatan adalah hak dasar. Ketika akses sulit, maka kami akan membawa pelayanan itu langsung ke mereka. Ini komitmen kami sebagai prajurit sekaligus anak bangsa.” tegasnya.
Apa yang dikatakannya bukan sekadar slogan. Kehangatan nyata terasa saat salah satu warga, Mama Kirinime Enumbi, yang tengah terbaring lemah karena demam, menitikkan air mata haru saat menerima obat dari tangan prajurit. Dengan suara serak dan nada lirih yang menyentuh, ia berkata,
“Wa wa… Terimakasih anak-anak TNI sudah kase obat pa mama. Mama rasa sakit sudah lama, baru hari ini bisa dapat bantuang. Tuhan berkati anak-anak semua, jaga terus kampung ini baik-baik ya.” pesannya.
Suaranya menembus dinginnya udara pegunungan. Tangannya menggenggam erat tangan salah satu prajurit muda, seakan ingin menitipkan harap dan doa dalam genggaman itu.
Kegiatan seperti ini telah rutin dilakukan oleh Satgas Yonif 715/Mtl, namun setiap kali dilaksanakan, selalu meninggalkan kesan mendalam bagi warga maupun prajurit sendiri. Misi militer di sini seakan bertransformasi menjadi misi kemanusiaan dengan sentuhan kasih.
Dalam dunia yang kerap diramaikan berita konflik dan keraguan, kisah dari Kampung Tinolok ini menjadi pengingat bahwa di balik seragam hijau loreng, ada hati yang tulus untuk melayani. Dan di tengah alam Papua yang keras, kasih dan kepedulian tetap mampu tumbuh meski perlahan, namun pasti.