Scroll untuk baca artikel
Berita militer

Prosesi Arak-Arakan Bulan Maria.Kodim 1710/Mimika Mengiringi Patung Bunda Maria 

398
×

Prosesi Arak-Arakan Bulan Maria.Kodim 1710/Mimika Mengiringi Patung Bunda Maria 

Sebarkan artikel ini

CENTANGSATU.com – Kampung Pigapu pagi itu berbeda dari biasanya. Udara segar pegunungan terasa lebih hidup, diselingi lantunan doa dan lagu pujian dari ratusan umat yang berjalan perlahan, mengiringi patung Bunda Maria dalam prosesi arak-arakan Bulan Maria. Namun ada yang mencuri perhatian: di antara warga, tampak para prajurit berseragam loreng ikut serta dalam barisan. Mereka bukan sekadar pengawal, tapi bagian dari kebersamaan yang begitu tulus.

Mereka adalah Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-124 Kodim 1710/Mimika yang selama ini dikenal lewat kerja-kerja pembangunan fisik di kampung. Tapi pagi itu, mereka hadir bukan dengan alat berat atau cangkul di tangan, melainkan senyum ramah dan hati terbuka. Mereka ikut berjalan kaki, menyusuri jalan kampung, bersama umat menuju Gereja Katolik St. Santo Paulus Pigapu.

“Kami datang bukan hanya membawa semen dan batu. Tapi juga membawa hati. Ini bentuk nyata dari kami, bahwa TNI tak pernah jauh dari rakyat. Bahkan dalam kegiatan spiritual seperti ini, kami ingin hadir sebagai saudara, bukan sekadar penjaga,” tutur Dansatgas TMMD, Letkol Inf M. Slamet Wijaya, S. Sos., M.Han., M.A., dalam sebuah wawancara hangat di sela-sela kegiatan.

 

Ia menambahkan, keterlibatan TNI dalam perayaan keagamaan warga bukan hal baru, tapi momen seperti ini selalu menjadi pengingat akan makna kebersamaan yang tak lekang oleh waktu.

“TMMD itu bukan cuma soal bangun jalan, jembatan, atau rumah. Tapi juga membangun ikatan batin, kepercayaan, dan toleransi. Ini adalah wajah Indonesia yang sesungguhnya,” tambah Letkol Slamet dengan mata berbinar.

Kehadiran para prajurit ini pun mendapat sambutan hangat dari masyarakat, khususnya Pastor Paroki St. Santo Paulus Pigapu, Pastor Didimus Kosi O.F.M., yang terlihat haru saat menyampaikan rasa terima kasihnya usai misa.

“Terus terang kami terharu. Ini bukan sekadar pawai, tapi simbol kekeluargaan yang nyata. TNI hadir di tengah kami, bukan sebagai institusi yang jauh di atas, tapi sebagai saudara yang berjalan beriringan. Saya yakin, ini akan menjadi kenangan indah bagi umat di Pigapu,” ungkap Pastor Didimus dengan suara lirih, namun penuh makna.

Ia pun berharap kehangatan yang terjalin di prosesi ini tak berhenti di sini.

“Semoga semangat kebersamaan ini bisa menular. Bahwa keberagaman, jika dirawat dengan cinta dan keterbukaan, akan melahirkan kekuatan yang luar biasa bagi bangsa ini,” tuturnya menutup percakapan.

Hari itu, Kampung Pigapu bukan hanya mengarak patung Bunda Maria. Mereka juga mengarak harapan. Harapan bahwa negara hadir bukan sekadar melalui program, tapi juga dalam wujud nyata: manusia dengan empati yang hidup. Dan di antara mereka, tampak tentara yang tak segan melangkah dalam satu irama: irama cinta dan persaudaraan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *