Berita militer

TNI Cetak Prajurit Mahir Bahasa dan Teknologi Militer

284
×

TNI Cetak Prajurit Mahir Bahasa dan Teknologi Militer

Sebarkan artikel ini
l

CENTANGSATU.COM – Magelang, 9 Mei 2025 – Di tengah gemuruh latihan militer dan disiplin khas dunia kemiliteran, ada suasana berbeda yang terasa di lingkungan Akademi Militer (Akmil) Magelang. Bukan gemuruh tembakan, tapi suara pelafalan dalam bahasa Prancis yang mengalun dari ruang kelas. Hari itu, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto hadir langsung untuk menyaksikan bagaimana transformasi prajurit bukan hanya soal kekuatan fisik, tetapi juga kecakapan intelektual dan kemampuan adaptasi global.

Kursus Intensif Bahasa Prancis yang sedang digelar ini bukan sekadar pelatihan linguistik. Ini adalah bagian dari grand strategy TNI untuk membentuk sosok prajurit yang tidak hanya siap tempur, tetapi juga siap berdiplomasi, bersinergi, dan menjalin kerja sama lintas negara.

“Di era global seperti sekarang, medan tugas prajurit TNI tidak hanya di hutan dan gunung, tapi juga di forum-forum internasional, misi perdamaian, dan dalam interaksi teknologi militer tinggi. Maka dari itu, penguasaan bahasa asing, khususnya Prancis dalam konteks ini, menjadi jembatan menuju profesionalisme sejati,” ujar Jenderal Agus Subiyanto dalam sambutan panjangnya di hadapan para peserta dan pelatih.

Ia menegaskan bahwa kompetensi prajurit harus menjangkau dimensi baru. “Kita sedang memasuki masa di mana prajurit bukan hanya harus mahir menembak, tetapi juga harus mampu membaca manual sistem senjata berbahasa asing, berdiskusi dengan teknisi luar negeri, bahkan berdiplomasi sebagai representasi bangsa,” jelasnya.

Program ini diikuti oleh 104 peserta dari tiga matra TNI AD, AL, dan AUserta 4 pelatih internal Akmil. Mereka dilatih oleh tim pengajar gabungan dari Pusdiklat Bahasa Kementerian Pertahanan dan dosen Universitas Negeri Yogyakarta. Materi yang disampaikan tidak hanya mencakup penguasaan bahasa Prancis, tetapi juga konteks komunikasi militer dan budaya Prancis, sebagai persiapan menghadapi interaksi strategis dengan mitra internasional, termasuk kunjungan Presiden Prancis ke Indonesia dalam waktu dekat.

Kegiatan Panglima TNI di Akmil tak berhenti di ruang kelas. Ia juga meninjau langsung sarana dan prasarana pelatihan, termasuk menyaksikan simulasi helikopter yang digunakan untuk melatih para taruna. Menurutnya, penguasaan alat utama sistem senjata (alutsista) harus berjalan seiring dengan penguasaan bahasa dan teknologi pendukungnya.

“Kita tidak bisa berharap pada kekuatan fisik saja. Zaman berubah. TNI harus bergerak ke arah yang modern, adaptif, dan integratif. Dan itu semua dimulai dari pendidikan,” tutup Jenderal Agus, dengan nada serius namun penuh semangat.

Langkah ini merupakan wujud nyata dari transformasi visi PRIMA (Professional, Responsif, Integratif, Modern, Adaptif) yang tengah digelorakan TNI. Di balik seragam dan barak, kini tumbuh semangat baru: menjadi prajurit yang bukan hanya gagah di lapangan, tapi juga cerdas di forum internasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *